Ketika kamu merasa hidupmu paling menderita, disitulah sebenarnya pintu-pintu peluang untuk selalu belajar terbuka lebar.
Mengapa mesti enggan untuk selalu memposisikan diri sebagai diri yang masih bisa bertahan dalam segala keadaan?
Mengapa untuk membiarkan ego ini merasa paling rendah, paling sengsara?
Hal tersebut ajar menurut pendapat beberapa orang, karena pasalnya manusia ingin hidupnya berjalan seirama sesuai dengan apa yang mereka rencanakan.
Sama halnya dengan beberapa rangkain peristiwa di bulan April 2016 ini, yang mengajarkan kepada saya khususnya untuk selalu terus melebarkan kelapangan hati untuk menerima, untuk selalu terus bersemangat mencari peluang-peluang baru dan yang pasti adalah selalu mengembangkan diri menuju kebaikan.
Dimulai dari awal April ketika selepas pulang dari liburan long weekend di Jogja, saya membiasakan diri untuk mengevaluasi setiap tindakan dan berbagai macam keputusan yang telah saya buat dalam suatu perjalanan tersebut.
Di awal saat hari liburan tiba, dan mendapat info bahwa kamera penunjang untuk berlibur dalam keadaan tidak perform.
Egosentris di saat itulah paling dominan, mau tidak mau ingin nya agar kamera itu masih dalam keadaan stabil dan bisa kita gunakan untuk photshoot. Apa mau dikata ketika, di mintai pertanggung jawab pun yang bersangkutan berdalih bahwa dia tidak merusakkannya, karena tidak ingin berdebat panjang dan yang pastinya saya sudah memprediksi bahwa tidak akan ada hasilnya pun kita telah berdebat panjang. Sesungguhnya terdapat suatu hadist, yang mengatakan hindarilah perdebatan apabila membawa pada kemungkaran.
Egosentris di saat itulah paling dominan, mau tidak mau ingin nya agar kamera itu masih dalam keadaan stabil dan bisa kita gunakan untuk photshoot. Apa mau dikata ketika, di mintai pertanggung jawab pun yang bersangkutan berdalih bahwa dia tidak merusakkannya, karena tidak ingin berdebat panjang dan yang pastinya saya sudah memprediksi bahwa tidak akan ada hasilnya pun kita telah berdebat panjang. Sesungguhnya terdapat suatu hadist, yang mengatakan hindarilah perdebatan apabila membawa pada kemungkaran.
Yang berikutnya adalah kejadian di pertengahan maret, hal ini sudah di bicarakan secara baik-baik berhubung saya bermasalah dengan salah seorang teman saya. Jadi masalahnya adalah saya meminjam case pallete sebuah brand makeup yang prestige. Intensitas peminjaman tersebut sudah berlangsung 2x, nah yang ke-2 kali nya itu adalah yang menyebabkan kajadian beruntun di bulan April ini, bersamaan dengan kamera tadi.
Kaca pallete make up tersebut pecah dalam kondisi tertutup, otomatis shadow dalam pallete tersebut kontaminan dengan pecahan kacanya. Setelah di komunikasikan dengan teman saya itu, hal itu tidak menjadi masalah bagi nya, namun ketika di minggu pertama bulan April itu ada info bahwa ada pihak yang ingin pallete tersebut diganti dengan yang sama persis. Mengetahui bahwa ada request dari pihak yang cukup berpengaruh itu terhadap pergantian ini, egosentris saya pun muncul kembali. Ingin rasanya untuk berdebat bahwa ketika dilakukan pergantian itu dalam artian brand sama sampai no batch dan expire date nya pun sama.
Minggu ke dua dimana saya memutuskan untuk mengikuti audisi Putri Muslimah Indonesia yang diselenggarakan oleh pihak Indosiar, yang berlokasi di pelataran Ciwalk Bandung, saya memutuskan untuk mengganti nya dengan jalan mencari di beberapa counter makeup.
Ketika mendapat info bahwa brand tersebut belum masuk dalam wilayah Bandung, saya berharap di Trans Bandung counter brand tersebut ada, karena sedari awal saya sudah berusaha googling dan memang pembelian secara indent. Akhirnya saya setelah berkomunikasi dan ditemikan kesepakatan, saya akan mengganti nya dengan brand lain namun mungkin bagi dia setara dengan yang telah saya rusakkan, intinya lebih down level."
Pesan moral yang di dapat dari 2 kejadian di atas adalah sama-sama tidak menjadikan kepemilikan orang lain menjadi sebuah kejelasan dalam menjalani hidup. Jika memang tidak ada dan tidak bisa untuk mengusahakannya dikarenakan banyak faktor, ada baiknya untuk mengurungkan dalam hal meminjam ini.
Narasi tulisan di atas adalah bentuk kontemplasi aku di moment 2016 yang ingin aku bagikan semoga mendapat setitik kebaikan dan kebermanfaatan bagi para pembaca.
Terima kasih untuk sharingnya Mbak. Memang akan lebih bijak jika kita berpuas dengan apa yang kita punya dulu saja, sebelum diizinkan untuk memiliki yang lebih.
BalasHapusbersyukur dan berlapang hati perlu banget ya teh, terima kasih teh sudah mengingatkan :)
BalasHapusSharingnya bermanfaat sekali ya teh bener banget harus bersyukur dengan apa yg kita punya
BalasHapussetiap kata yg teteh tulis aku selalu suka! puitis dan touched bgt, luv!
BalasHapusSelalu suka sama tuliaannya teteh deh :)
BalasHapusThank you teh udah sharing, sukak sm tulisannya
BalasHapusSuper sekali mbak ndissss! Setiap hal kecil pasti ada pelajaran di dalamnya
BalasHapusjadi pelajaran n diambil hikmahnya aja ya teh
BalasHapusbanyak pelajaran yang bisa di ambil ya teh, jadi ikut mikir juga nih yang disini
BalasHapusAlhamdulillah kalau memang bisa manage perasaan soal keinginan memiliki sesuatu, itukan memang sikap alami manusia digambarkan dalam alquran juga begitu tinggal pilih aja cara bijaknya. Keep sharing ya babe 😘
BalasHapussetiap yang terjadi pasti ada pesan yang bisa diambil dan bermanfaat bagi kita ya mbak
BalasHapusThats why aku selalu punya mantra tiap harinya buat mencatat 10 hal yang aku syukuri di hari itu. Sederhana tapi bikin berlapang dada, karena lihatnya pasti ke bawah :)
BalasHapus