Halo halo semuanya, siapa yang pada bulan Januari akhir mau
menuntaskan evaluasi yang aku kerjakan selama satu bulan ini. Siapa yang
menyangka bahwa dengan melakukan beberes, ada bagian ruang dalam hati serasa
lepas dan lega, yang sesungguhnya hanya bisa kalian rasakan jika mengerjakannya
dengan tingkat rasa kesadaran yang penuh. Artinya, sadar, sesadar-sadarnya
bahwa apa yang ada dihadapan kita berupa realita dan kita akan maju selangkah
lebih baik dengan menghempaskan berbagai macam kenangan yang sudah semestinya
kita tinggalkan dan beranjak dari hal itu.
![]() |
(source: pexels.com) |
Jadi setelah proses recruitment dan join grup di beberapa
sub kelas sudah aku lewati, kali ini terbitlah challenge yang lekat banget
dengan gosokan yang akan kita peroleh nantinya. Banyak banget hal-hal yang
tidak terduga ketika memasuki challenge KIMI di bulan Januari soal BEBERES (Decluttering), yang diluar tema
lho. Untuk challenge KIMI nya sendiri adalah diminta oleh bupon tersayang untuk
membereskan isi dompet, tas, pouch yang ada di seantero kamar kita lalu
beranjak pada hal yang lebih besar lagi yaitu lemari kita sendiri.
Pada
challenge ini buanyaaak banget yang bisa aku petik (macem petik duren neng)
salah satunya adalah bangkit dari rasa kemageran yang cukup luar biasa karena
rasanya mau ngebiarin aja apa yang udah ada di lemari itu adalah apa yang kita
butuhkan dana pa yang kita pakai. Eittt, tapi itu belum tentu benar Esmeralda,
karena banyak hal kompleks yang terjadi disini, lebih tepatnya adalah perang
batin. Untuk itu aku merasa materi beberes ini bukanlah sebuah hal yang
dianggap sangat sepele dan cetek ya guys, karenanya aku ingin membagikan
pengalaman ini buat jadi acuan untuk tidak menganggap segala sesuatunya itu
sangat cetek, karena semua nya ada seninya, semuanya butuh pendekatan jiwa.
Pertama, aku membereskan isi dompet yang biasa aku pakai ini
sehari-hari. Pengen sih sekali-kali review dompet, tapi faedah gak ya ges di
bacanya wkwk. Lanjut ya, jadi before after dari dompet aku ini udah jelas
keliatan ya. Masih banyak struck-struck yang seharunya dimusnah, eh masih aja
ngendon di dalem dompet. Dan ada juga beberapa kartu yang seharusnya udah
waktunya dihempas, masih aja disimpen. Pokoknya benar-benar harus dengan
tingkat kesadaran diri sendiri deh pas lagi beberes kayak gini. Kita tau mana
prioritas kita dan apa tujuan kita buat beberes.
![]() |
(Dompet) |
Yang kedua adalah beberes tas, pouch, ini cukup menjadi PR banget ya,
karena tas kan ga mesti satu ya. Walaupun aku sudah menerapkan gaya hidup
minimalis, yaitu tidak menumpuk-numpuk barang, menghindari dengan kata-kata “nanti
mau dipake kok” karena aktualnya entah tahun kapan mau dipake. Nah, kalo udah
gitu sih sesungguhnya udah ke detect kalo kita udah gaperlu-perlu banget sama
itu barang. Capsus ya melihat kondisi before and after dari tas dan beberapa
pouch yang aku pakai dikeseharian.
Ini karena kondisi waktu itu sehabis mudik dari Karawang,
jadi sekalian aja diberesin. Kalo dari tas sih yang bikin jadi berantakan adalah
sisa-sisa tissue, sobekan notes, struck commute line atau busway dan juga tidak
tertata nya benda-benda di sebuah pouch tersendiri. Ini aku jadi belajar banget
sama bupon (teh Achi) pas liat barang-barangnya juga ikut dijembreng, aku jadi
terinpirasi sama pengaturan barang-barang yang bupon bawa sehari-hari dan
ternyata zero waste juga udah diterapkan sama bupon dengan membawa saputangan
dan juga sedotan plus sumpit stainless.
![]() |
(pouch) |
Yang jadi PR selanjutnya adalah membereskan pouch yang
isinya ternyata masya Allah banyak sekali “sampah” yang tidak tampak, atau ya gue nya aja yang pura-pura gatau haha. Bahkan ada foto-foto gebetan gw waktu
SMP-SMA dong di dalem pouch itu tapi ga sadar saking ga aware nya sama
benda-benda kepemilikan. Ada juga segebok struck yang emang dulu gue paling
hobi mengoleksi, entah untuk tujuan apa. Kalo tujuan awalnya sih kayak pengen
bikin catatan pengeluaran, tapi kalo cuma dikumpulin doang ya buat apa kan. Yang
lebih parah adalah gue dulu suka beli jam-jam tangan yang 50 rebuan gitu lho, dengan niatan
biar bisa dipake gantian. Ya sekarang jadinya sampah kan, pada mati semua jam
nya. Akhirnya bisa keliatan kan before and after nya ini yang bisa dipegang dan
lebih tipis. Ya walapun kalo di ceki-ceki lagi pengennya menghempas lagi aja biar
lebih tipis, tapi aku sadar kayak butuh waktu gitu lho buat membereskan atau
membuang kategori “sampah” ini. Karena ternyata saat lewat dari 6
bulan, saat di cek ada aja yang harus dibuang, semacam kayak semua pasti ada waktunya kok.
![]() |
(Lemari) |
Terakhir adalah membereskan lemari pakaian. Nah ini adalah
super PR banget, dan temen-temen bisa liat lemari before after ku ini ya.
Sejujurnya aku sudah belajar ga beli-beli banyak baju karena belajar hidup dari
apa yang dipunya dan mensyukuri dengan hal yang sudah dipunya, ketika membeli
nantinya pun ketika barang tersebut sudah tidak layak pakai. Nah ini sih super
berantakan karena pasca pindahan dari Bandung aku masih malas membereskan sprei,
handuk-handuk. Jadi aku tumpuk-tumpuk gini. Saat bener-bener dipilih mana baju
yang seharusnya dihempas, rasanya mual dan sedikit kliyengan guys. Katanya
memang efeknya kayak gini sih, kita kayak bener-bener di detox dengan memori
kenangan lewat barang seperti baju di lemari ini. Ada 3 goodie bag kecil yang
berhasil aku sisihkan untuk berikut aku donasikan atau preloved kan.
Dari kegiatan ini, banyak banget hal yang bisa aku urai untuk
dijadikan patokan dalam beberes penuh kesadaran ini, sebagai berikut:
- Dalam beberes yang harus diingat adalah tujuan dari beberes itu untuk apa dan siapa
- Mengalokasikan waktu yang cukup panjang untuk beberes, karena beberes tidak hanya memindahkan barang menjadi rapih, tapi lebih dari itu.
- Saat membereskan lemari, aku pegang satu persatu dan ada perasaan yang mengikat. Dari situlah kita bisa mengambil kesimpulan apakah barang tersebut masih layak tinggal di lemari kita atau tidak
- Membereskan dimulai dari diri sendiri. Hal ini yang menajdi pusat perhatian bagi para temen-temen yang sdauh menikah, memiliki anak dan tinggal bersama mertua. Fokuskan terlebih dahulu pada diri kita, apa yang kita butuhkan dana apa yang kita harapkan dari beberes ini. Karena, kita tidak bisa memaksakan hal-hal seperti ini juga terikut oleh orang tua atau mertua kita, syukur-syukur jika diterima dengan baik, tapi apabila malah menimbulkan polemik, ya lebih baik dihindari kan.
Demikian pengalaman challenge aku di bulan Januari ini yang
cukup membahagiakan, karena serasa ada ruang yang lebih banyak dan bisa lebih
plong lagi dalam menatap masa depan. Apalagi kita sudah bermunajat dalam bentuk
doa dan kita harus siap dengan gosokan untuk terwujudnya doa-doa itu. Terima
kasih sudah membaca ya, dan hal ini terkait dengan sistem beberes yang
dipopulerkan oleh Marie Kondo, temen-temen bisa membaca situs website nya atau
membeli buku hardcopy nya untuk bisa berkenalan lebih jauh tentang beberes ini.
Selamat berproses menuju hal-hal yang lebih berbahagia lagi :)