Hai hai sobat traveller semua. Pernah ga sih punya mimpi untuk bisa ikut serta di ajang-ajang berbakat dengan tawaran beberapa beasiswa? Secara hal itu terlihat sangat menggiurkan bukan? Jujur aja, dulu salah satu mimpiku adalah bisa tembus menjadi salah satu anak yang mendapatkan beasiswa itu, merasa kalo yang berhasil mendapatkannya, udah jadi yang paling beruntung dan terbaik aja. Dan disaat itu ternyata ada sebuah ironi yang sebenarnya patut kita cermati dan ambil sikap terlebih ini sudah menjadi program yang berjalan dari tahun ke tahun.
Pernah inferior tidak mendapatkan beasiswa
Ternyata ya gausah merasa jadi inferior, setelah mengetahui bahwa ada maksud terselubung dan ini menjadi sangat ironi karena bentuk CSR dari sebuah perusahaan industri rokok, namun membuat anak-anak sebagai media promosi atau iklan berjalan dengan sebuah ajang kebaikan berbentuk beasiswa.
Alhamdulillah juga kalo dulu aku tidak begitu digembor-gemborkan untuk mengusahakan banget bisa ikut serta dalam beasiswa itu, sampai harus mengikuti beberapa tahapan seleksi nya, karena ya memang orang tua ku mengetahui apa yang terbaik untuk anak-anaknya bahwa program ini menjadi 2 sisi yang berbeda kebutuhannya.
Eksploitasi anak dengan ajang promosi rokok
Alhamdulillah juga kalo dulu aku tidak begitu digembor-gemborkan untuk mengusahakan banget bisa ikut serta dalam beasiswa itu, sampai harus mengikuti beberapa tahapan seleksi nya, karena ya memang orang tua ku mengetahui apa yang terbaik untuk anak-anaknya bahwa program ini menjadi 2 sisi yang berbeda kebutuhannya.
Eksploitasi anak dengan ajang promosi rokok
Kali
ini aku mau membagikan beberapa perihal topik menarik dan ini baru aja
kepikiran karena mendengar sebuah berita yang ditayangkan secara
streaming melalui FM atau bisa install aplikasi KBR di smartphone nya
teman-teman ya. Ada bapak Reza Indragiri (Pakar Psikologi Forensik,Yayasan Lentera Anak) dan ibu Nina Mutmainah Armando (Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia) sebagai narasumber program KBR stop eksploitasi anak ini.
Pemaparan dari keduanya disampaikan bahwa pada tahun 2006 sudah ada ajang pencarian beasiswa bulutangkis ini sebagai pemuda dan pemudi yang akan mengharumkan nama bangsa indonesia. Berawal dengan adanya sebuah temuan dari ajang pencarian beasiswa bulutangkis ini dengan mewajibkan para peserta yang merupakan anak-anak untuk mengenakan semacam kaos seragam dengan format tulisan Djarum dengan semua huruf kapital dan warna koas nya menyerupai bungkus rokok. Terlebih jika diperhatikan, yang menonjol dari tulisan tersebut adalah brand dari rokok tersebut, bukan untuk memberitahu bahwa anak-anak ini sedang dalam karantina untuk seleksi beasiswa bulutangkis.
Sebagai calon orangtua, aku sangat merasakan ironi ini sangat mendalam karena anak-anak yang masa depannya masih panjang bisa di cut off dengan terpaparnya iklan-iklan promosi seperti ini. dan seperti yang disampaikan oleh ibu Nina bahwa,
"Terpaparnya ini secara halus, yaitu dengan sebutan Supliminal Advertisiment, berupa nama merk rokok di lekatkan disana. Brand image masuk oleh stimulus dan medium gambar yang diulang-ulang, itu masuk dalam alam bawah sadar kita lalu berubah menjadi mindset kita."
Sponsor yang ramah industri rokok adalah Indonesia"Terpaparnya ini secara halus, yaitu dengan sebutan Supliminal Advertisiment, berupa nama merk rokok di lekatkan disana. Brand image masuk oleh stimulus dan medium gambar yang diulang-ulang, itu masuk dalam alam bawah sadar kita lalu berubah menjadi mindset kita."
(source: google.com) |
Mirisnya, di Indonesia ini memang benar-benar memberi kelonggarakan bahkan sangat ramah untuk meperbolehkan iklan rokok. Sedangkan di 144 negara pada stasiun televisinya sudah melarang iklan rokok, iklan di media penyiaran, iklan dimana-mana. Jangankan di dunia, di negara ASEAN pun, kita satu-satunya negara yang menjangkau potential buyers dengan rentang usai yang rendah, hal ini terlihat dari proses rekrut audisi menyasar usia-usia yang semakin belia.
Adanya keragaman bentuk promosi itu jadikan rokok itu surga bagi industri rokok. Pelarangan ini harus total, ketika hanya ada pembatasan, karena jika satu ditutup akan cari celah lainnya. Hal ini terjadi linier dengan strategi nya untuk menjadikan anak-anak tersebut sebagai perokok pengganti, menggantikan perokok yang sebelumnya sudah berhenti meroko karena sakit atau meninggal dunia. Maka dibuat celah apapun, salah satu CSR atau audisi ini salah satunya.
Fokus pada masa depan anak-anak Indonesia
(source: pexels.com) |
Menurut bapak Indragiri,
"Kalo kita sudah berpikir untuk anak, harus berpikir seperti obat nyamuk bakar. Kesampingkan untuk masalah olahraga atu rokok tadi. Sangat besar peluang anak-anak kita disalahgunakan sebagai media promosi. Kita juga ingin menjadikan anak-anak berprestasi di bidang bulu tangkis".
Anak-anak yang terpapar iklan rokok pun mengalamai potensi sekian kali lipat. Potensi berbahaya ketika anak ikut audisi itu. Kurun waktu 10 tahun, sebuah foundation merekrut 245 anak itu sangat sedikit, dibandingkan dengan hasil kesehatan nasional mengatakan ada 9 jutaan perokok usia belia. Yayasan yang melahirkan atlit bulu tangkis berbakat namun dalam 10 tahun sudah berhasil merekrut perokok berkali-kali lipat.
Adanya politik tanam budi
Wuah dan aku juga baru menyadari akan hal ini lho gengs. Kan dengan adanya CSR itu akan berdampak juga pada masyarakat. Masalahnya, hal yang berkaitan dengan industri ini sangat dilematis. Industri ini melakukan semacam audisi atau beasiswa, menanamkan politik tanam budi. Melalui beasiswa dengan nama merk rokok, club olahraga dengan merk rokok, mereka menerapkan, masyarakt itu berhutang budi pada mereka. Diberikannya fasilitas berupa besiswa 750 ribu per bulan mahasiswa, kegiatan luar negeri. kegiatan remaja, film, budaya di fasilitasi. Program tanam budi, sehingga ada mindset "Hebat ya industri rokok ini".
Menjadi orang tua adalah bukti bahwa setiap hari kita harus banyak belajar, banyak mendengar issue-issue yang sangat halus seperti brand rokok ini. Semoga ada bentuk sanksi nyata bagi para industri rokok yang menggunakan anak-anak sebagai media sponsor maupun iklan dalam sebuah bentuk CSR ini. Apa pendapat teman-teman mengenai issue industri rokok ini? Share di kolom komentar ya!
Rokok masih jd PR besar nh buat pemerintah, kdg miris liat anak2'usia sekolah sudah dengan santainya merokok tanpa ada rasa bersalah di area publik.. tugas kita bersama untuk memberikan edukasi pada mereka mengenai bahaya merokok
BalasHapusBenar juga yaa tanpa sadar brand itu melekat di anak. Di sisi lain gimana ya brand rokok itu berani kasih Dana besar untuk event atau beasiswa.
BalasHapushmm....ironi jg y mb. ada mnfaat sekaligus dampak buruk dr pmberian beasiswa itu pd anak bangsa.
BalasHapusHemmmm masalah rokok gak akan pernah selesai, karena negara kita masih sangat menggantungkan pemasukan dari cukai rokok :)
BalasHapusWallahu a'lam... Yg penting kita upayakan pencegahan dari orang² terdekat kita dulu ya.
Harus dibatasi iklan rokok, mestinya tidak dibarengi dalam sponsor olahraga dan beasiswa
BalasHapussetuju banget ini. sejak kecil aku juga saat ada beasiswa untuk anak sekolah dari perusahaan rokok.
BalasHapusdulu juga pas SMU, saat kita cari dana untuk pembangunan papan panjat tebing ada tawaran sponsor dari rokok. alhamdulillah kita bulat suaranya untuk menolak, walau sebenarnya di antara kita juga ada yang perokok. karena ini lingkungan sekolah, yaw.
HapusHmm, sy prnh lho mnjd slh satu mhssw yg pgn bgt dapet beasiswa dr djarum ini. Tp Alhamdulillah Allah tdk mengijinkan.Suaminya teman kerja di jarum, klo sdg bahas rokok, sy suka bilang maaf biar dia tdk tersinggung. Krn ttp sj kita hrs menyampaikan rokok itu berbahaya.
BalasHapusMasalah rokok, rasanya ga pernah ada habisnya ya mbak.
BalasHapusKita yg musti singsingkan lengan memberi penyadaran pada anak di runah
sering anak sulungku bertanya kepadaku "kenapa ya bu orang Indonesia itu aneh? Udah tahu rokok bahaya, disampingnya ada gambar jantung rusak, tapi tetap aja rokok di jual"...dan memang menyedihkan dampak dari rokok ini, pun bapakku masih belum lepas dari rokok ini mbak..hiks
BalasHapusWah, aku malah salfok sama gambar pemandangannya.
BalasHapusterkait rokok, harusnya lebih sering di suarakan lagi. Agar bisa melekat dan menjadi kebiasaan. Sanksi jika berada di area publik juga hrus di pertegas kyknya.
nah iya ini bener banget setuju atuh. Engga suka juga dari pendidikan beasiswa ke anak-anak tapi sekaligus jadi iklan untuk rokok itu sendiri. huhu. sadar sih emang rokok itu sponsor terbesar tapi tetap aja kan rokok itu pembunuh. gemes akutuh ~
BalasHapusKadang Kita gk sadar ya mengikuti anak je audisi bulutangkis ini pdhl jelas bngt anak dijadikan ajang reklame Dan akan berbahaya buat ms depanny
BalasHapusIya ya Mbak...semacam ironis juga ya?? Harusnya printilan semacam kaos polosan saja. Tentang merokok daku tidak setuju...iklan rokok terpampang dimana-mana, perokok tetap banyak juga.
BalasHapusIya, jadi sering dongkol sendiri. Para pelaku rokok tidak peduli dengan orang sekitarnya, nah ini sekarang anak jadi target. Hadeh, jadi iklan berjalan pula.
BalasHapusSoal sponsor rokok khususnya di bulutangkis ini memang masih ironi. Di satu sisi olahraga untuk sehat, di sisi lain merokok merusak kesehatab.
BalasHapusTapi awalnya memang klub Djarum Kudus itu memang klub bulutangkis. Jadi anak-anak yang masuk ke sana itu bayar. Mungkin karena dinilai banyak anak berbakat namun belum bisa masuk klub dan bayar, maka diadakan beasiswa.
Kenapa ya sesuatu hal yang berbanding terbalik malah disatukan seperti ini misalnya olahraga dan rokok, hiks.
BalasHapusPerusahaan rokok jauh-jauh hari sudah dapat melihat bahwa promosi berbalut beasiswa kepada anak merupakan hal yang strategis untuk investasi produk di masa depan. Ironi sih, ketika olahraga didukung oleh perusahaan yang menjual produk yang merusak kesehatan.
BalasHapusDulu jaman kuliah penerima beasiswa ini dilihat sangat keren lho mbak.. Tapi aku jga tahu sih ada maksut terselubunh di baliknya.
BalasHapusDi Indonesia maah, gitu deh.
BalasHapusMeski iklannya hanya boleh tayang di jam malam tapi tetap saja iklannya masih tayang juga. Bahkan malah pake menyasar usia anak-anak ya sekarang, kejaaam. Huhuhuhh
Ya getu deh mba.. D bungkus rokoknya aja malah ada gambar akibat merokok, tapi tetep aja ngerokok :(
BalasHapusGemas juga sih..kemarin pas ke supermarket baru perhatiin lebih detail barisan rokok di belakang kasir..gambarnya serem2 yah sekarang, baru sadar sy...haha. Terus saya mikir, itu dikasih gambar semengerikan itu tapi masih dijual juga, logikanya nggak nyambung gitu...hiks
BalasHapussetuju, ironis sekali event olahraga disponsori dan di publish oleh perusahaan rokok :(
BalasHapusMemang sulit ya..tapi bukan berarti enggak bisa untuk mencegah terpaparnya anak di rentang usia rendah dengan gegap genpita iklan rokok di sekitarnya
BalasHapusTinggal diperlukan keseriusan semua pihak untuk menajalankannya agar selamat generasi mendatang nanti
Sebuah ironi memang ya kalo perusahaan rokok adakan beasiswa. Saya pribadi memilih mundur kalo misalkan dihadapkan pada kesempatan mendapatkan beasiswa dari perusahaan rokok.
BalasHapusAku juga kurang suka iklan rokok yg menyasar remaja. Kadng seolh konser musik tp ada sponsor rokoknya.
BalasHapusKadang miris melihat anak2 sekolah yg sudah merokok. Semoga kebijakan pemerintah lbh berpihak kepada masyarakat ya bukan kpd produsen
BalasHapusHarusnya semua aspek mbak, iklan berjalan henti tayang, tapi di mana-mana orang terang-terangan juga jadi iklan gratis produsen
BalasHapusMiris dan menusuk hati yah memang, karena iklan rokok masih ada dan efek yang ditimbulkan memengaruhi anak-anak
BalasHapusPenuhi hak anak untuk kesehatannya agar terhindar dari zat yang berbahaya seperti rokok.
BalasHapusWaduh saya termasuk yang pernah terima beasiswa dari salah satu brand rokok tapi waktu itu juga saya nggak ngeh ternyata ada maksud terselubungnya ya.
BalasHapusSetuju banget nih, gimana anak kecil gak pada iseng nyoba2 rokok kalau iklannya terpampang dimana-mana, produknya juga mudah didapat.
BalasHapusSetuju bangeeet, ini keresahanku sejak lama juga, akhirnya ada yang menyuarakan, terutama setelah aku punya dua orang Putra, keresahan itu semakin nyata. Iklan rokok semakin mudah terlihat Anak2, dan beasiswa dari brand Rokok pun masih menjadi Primadona yang dikejar-kejar, padahal secara tidak langsung mereka di brainwash sedemikian rupa, hiksss.
BalasHapusbeasiswa salah satu produk rokok itu termasuk besar, aku sendiri dulu mau daftar gak dibolehin sama almarhum bapak padahal bapakku perokok :) salah satu awareness kita campaign rokok ini ga boleh terlalu bebas ada dimana-mana udah gitu gede banget lagi biasanya iklan di jalan-jalan gitu
BalasHapusRokok sumber penyakit nih.. dulu waktu anak anak kecil paru paru nya nge flek salah satu penyebabnya asap rokok.. untung sekarang udh sembuh
BalasHapusAku kesel banget sama perusahaan rokok bandel yang suka coba2 kasi apa gtu tapi ternyata ujung2nya ngiklan. Pdhl bantuannya itu cuma kecil aja sih, gak sebanding dengan keuntungan yang mereka terima.
BalasHapusIya nih sy jg kesel dengernya..apalagi saat ada rencana pemerintah mau pke csr perusahaan rokok ...untung pd protes tuh..
BalasHapusAgak miris kadang lihat anak-anak sekarang. Masih pake seragam pegangannya rokok. Kurang enak juga sih melihatnya. Udah gitu rokok kan banya penyakitnya :(
BalasHapusBetul ya mba semacam godaan yg ada tantangan ya. Dulu ketika mahasiswa untungnya udh dapet beasiswa lain yg insya Allah lebih aman jd ga tergoda yg inii jehe
BalasHapusBener nih iklan rokok yang berjalan perlu banget dihentikan
BalasHapus