(Me at XXI Senayan. Dokpri) |
Halo pecinta film tanah air, terakhir nonton karya perfilm-an anak bangsa yang judul apa nih? Ternyata ada baikny akita itu benar-benar bia menhayarti setiap suguhan karya bangsa kita sendiri dan banyak belajar bahwa menciptakan karya itu perlu perjuangan yang tidak sedikit.
Sama halnya dengan hasil karya perdananya Farid Darmawan dalam menyutradarai film drama yang berlatar suku Baduy ini sukses membuat para penonton harus menyediakan tissue saat menonton film ini yang tayang perdana pada tanggal 16 Mei 2019 nanti.
Film yang mengambil latar tempat suku di Indonesia
Gengs, tau ga sih kalo sebenarnya saat aku nonton press screening bersama BCC Squad di Plaza Senayan XXI, aju tidak terpikir kalo akan mengangkat suku budaya bangsa Indonesia, yaitu suku Baduy. Film yang memiliki judul "Ambu" ini sukses menghadirkan para pemain berbakat yang bisa memainkan perannya dengan begitu natural dan sukses ga berhenti mengalir air mata ini di pipi hehe.
Pemain yang terdiri dari Laudya Cynthia Bella (Fatma), Luthesa (Nona, anak Fatma), Widyawati (Ambu Misnah), Baim Wong (Nico, Suami Fatma), Endhita Wibisono (Hapsah), Andri Mashadi (Jaya) benar-benar membuktikan acting nya yang super keren. Intinya teman-teman semua kalo nonton film Ambu ini memang akan baper sebaper-bapernya dengan ibu kandung kita, malaikat yang telah dikirimkan Allah dalam wujud seorang ibu, dengan tanpa lelahnya memberikan yang terbaik untuk kita, bahkan tak jarang para ibu ini lupa untuk memikirkan dirinya sendiri.
Aku biasa menabak film ini akan bercerita seorang anak yang beradu peran dengan ibu nya karena Ambu adalah sebutan ibu dalam bahasa sunda. Dan melihat dari posternya aku tidak "ngeh" dengan kain yang dililitkan di bagian kepala tante Widyawati adalah kain tenun khas Baduy, serta ada makna tersirat dari pose Fatma di poster Ambu yang memegang bagian dada kanannya.
Pengobatan Inner Child
Sebenarnya ini adalah dari sudut pandangku sendiri saja ketika melihat langsung film Ambu yang benar-benar berkisah konflik antar ibu dan anak yang pada akhirnya semarah-marahnya sang ibu kepada anaknya, ia akan menjadi semesta pertam dan terakhirnya. Begitu mulia dan hebatnya hati dan jiwa seorang ibu ya. Dan disinilah aku menyambung dengan sebuah sebutan Inner Child karena bagi penonton yang mempunyai konflik atau perang dingin dengan ibu, tapi tanpa bisa disadari, kita bisa menonton film ini sebagai alat bantu dalam mengkoneksikannya.
Jujur aja setiap adegan yang dimulai dari munculnya Luthesa yang sudah berumur 16 tahun, namun memanggil ibu nya (Fatma) adalah ibu, menurutku agak sedikit jomplang karena terlalu muda gitu sebagai ibu dan anak. Aku pertama belum ngeh kalo ini ada latar belakangnya dengan suku Baduy yang menikahkan anaknya di umur 16 tahun atau menikah muda.
Aku jug abelajar kalo menurunnya sikap dari seorang ibu kepada anaknya, ya akan ditiru secara tidak sadar, seperti adanya adegan membantah, tidak pamit ketika mau keluar rumah dan ini selalu dikaitkan dengan sikap Fatma sendiri ketika meninggalkan kampunya, yaitu Baduy untuk memutuskan menikah bersama Nico (Baim Wong).
Kisah menyembuhkan luka ibu dan anak
Awal melihat pertengkaran yang tidak berujung antara ibu dan ayahnya, Luthesa sedikit menjadi anak yang pembernotka dan kurangnya komunikasi dengan ibu nya sendiri, tak jarang mereka berdua pun akhirnya sering terjadi adu mulut dan diakhiri dengan pergi nya Luthesa dari rumah untuk menghilangkan penatnya.
Pertengkaran itu berakhir dengan bercerainya Fatma namun Nico masih merongrong untuk meminta uang dan akhirnya Fatma memutuskan untuk menutup usaha yang membesarkan namanya itu untuk ia bisa pindah dan kembali ke kampungnya, tempat ia lahir. Pergulatan batin itu belum terasa saaat sesampainya ia bersama Luthesa di kampung suku Baduy dan bertemu dengan ambu Misnah yang secar aterang-terangna begitu marah, dan raut wajah marahnya itu memperkuat bahwa sungguh ia snagat sayang kepada Fatma.
Ambu Misnah menyayangkan mengapa Fatma harus balik lagi kesini, karena selam 16 tahun sduah kelaur dari kampung Baduy dan jika ia ingin diterima di kampung ini lagi, ia harus melewati masa hukuman dan melalui sebuah upacara. Ambu pun berkali-kali dengan tatapan marahnya sekaligus nada bicaranya yang menggunakan bahasa sunda (nah disini aku agak gimana ya sebagai keturunan orang tua yang sunda juga, penggunaan kata aku dengan "aing" itu sungguh kurang pas di telingaku) kalo Fatma ingin lahir dna mati di tanha Baduy, tapi tidak pernah hidup. Wah ini sih menggores banget ya perkataannya.
Penyegaran dengan pemain yang super lucu
(Para pemain beserta mas Farid D. Dokpri) |
Selain itu hadirnya Jaya juga menyegarkan film ini, perannya sebagai teman berbagi Luthesa saat ia beradaptasi di dalam perkampungan Baduy ini sungguh balance dan adegannya patut diacungi jempol, karena saat press confrence, ini adalah film ke-2 nya tapi udah keren banget yaitu ada satu adegan yang lumayan ekstrem dan jaya menaklukan ini semua.
Behind the scene
Suksesnya sebuah film adalah hasil kolaborasi antar pemain dengan sutradara beserta jajaran atau tim nya, ini menjadi bagian yang terpenting dan tidak bisa dilewatkan adalah suskesnya soundtrack berjudul semesay yang dinyanyikan sendiri oleh tante Widyawati dan muncul ketika adegannya itu pas banget dengan soundtrack nya ini. Udah paling cocok bikin menagis tersedu-sedu.
Adapun, mba yang menuliskna ide cerita ini adalah hail ketidaksengajaan dalam menuliskan script dan bertemu dengan mas Farid lalu berdiskusi untuk mengambil latar dari Baduy ini benar-benar sukses menghasilkan karya cipta yang sarat akan makan dan kita sebagai penonton makin mengerti tentang kebudayaan Baduy seperti tidak adanya listrik, kalo keluar rumah ya harus jalan kaki, rumah adatnya dan juga warna pakaiannya, serta kalo mandi tidak pakai sabun atau sampo. Intinya kita kembali kepada alam.
So, buat kalian dalam momen mendekati Idul Fitri ini, bisa dengan mudah untuk memperbaiki bagaimana komunikasi kepada ibu bisa banget untuk mengambil banyak pelajaran dari film Ambu ini. Selamat mendonton dan selamat berdamai dengan diri sendiri juga semakin kita mencitai malaikat tanpa sayap berwujud ibu. I love you mom.
Jenis Film: Drama
Producer and Executive Producer: Farid Dermawan, Iti Octavia Jayabaya
Sutradara: Farid Dermawan
Penulis Script: Titien Wattimena
Produksi: Skytree Pictures
Penata Musik: Andi Riyanto
Wah kaya nya alur cerita ambu ini bagus ya.. jd penasaran pengen ntn juga de..
BalasHapusblum nont film ini, ak jrng nont film indo sih �� tp kayaknya rekomen bgt buat ditonton bareng mamah kita ya
BalasHapusYang aku suka dari menonton film lokal Indonesia adalah lokasi dari tempat film itu diambil dan bahkan bisa menjadi salah satu destinasi baru bagiku untuk travelling
BalasHapusaku termasuk jarang banget nonton film indo tapi gak berlaku lagi untuk tahun ini, aku mulai support film2 indo hehe
BalasHapusPenasaran sama film Ambu apalagi pemainnya keren semua inj, ads Bunda Widyawati, Bella juga, dengan latar belakang budaya lokal
BalasHapusDuh, kujadi penasaran. Kepengen nonton deh. Dulu pas tahu kok asa biasa ya filmnya. Tapi begitu baca reviewnya menarik deh. Semoga bisa segera nonton.
BalasHapusAku TU jarang banget Nonton film film Indonesia, mungkin 1 tahun 1x itu pun kalo bagusss bangettt. Baca reviewnya menarik jugaa nih ambu
BalasHapusKemarin baca2 status tmn2 yang nonton katanya film ini bikin mewek gtu ya? Kalau kisah ortu anak emang suka mengaduk2 esmosi jiwa yaaa. Penasaran pengen nonton filmnya
BalasHapusBaca ini langsung inget sama film pasir berbisik-nya dian sastro, temanya sama2 ibu dan anak di suku asli Indonesia, tengger. Konfliknya juga mirip. Jadi penasaran pingin nonton
BalasHapusPengen banget nonton pilem ini. Bener bener mengaduk emosi jiwaaa. Yah jadi kangen mamaku nih kalau nonton ini
BalasHapusHuhuu....dulu, hubunganku sama Ibu juga sering berseberangan, dek.
BalasHapusMaka kompaknya sama Bapak.
Sekarang, semenjak Bapak meninggal, lambat laun, aku dan Ibu mulai bisa bersama.
Huuhu...malu aku, dek...
Wajib nonton film seperti ini...
Jadi pengen nonton deh, penasaran sama isi filmnya.. dari tulisan kamu kayanya menarik banget ceritanya, apalagi menangkat tema indonesia kek gini.
BalasHapuskayaknya ini wajib nonton deh :) aku tertarik sama filmnya gara2 sinopsis kamu mbak
BalasHapusaku biasanya gak pernah nonton film indo, tapi setelah baca post ini kayaknya jadi tertarik buat nonton :D
BalasHapus