(cerita puasa di masa covid-19. Dokpri) |
Assalamualaikum, halo halo semuanya. Hari ini aku rencananya mau rapelan 5 postingan sekaligus nih buat challenge nya Blogger Perempuan karena ternyata aku cukup lama tertinggalnya nih. Apakah aku sanggup, that cekidooooot!
So mengawali postingan tentang bulan Ramadhan, kali ini aku mau bercerita dari sudut pandang aku sebagai perempuan, wanita, anak dan istri yang saat ini benar-benar sudah tinggal berdua aja sama suami di rumah milik ibunya.
Banyak sekali suka duka yang aku alami ketika tinggal di rumah mertua, no debate. Karena semua dan setiap orang pasti punya cara pandang dan bagaimana menerjemahkan hal tersebut ke dalam sebuah permasalahan, namun disini aku fokus pada bagaimana aku bisa bertahan hidup berdua sama suami dan mulai menjalankan program-program agar kita lekas bertiga.
Curhat terus..
Tentu tak banyak dari aku juga yang berharap buat kita bisa bertiga, nyatanya, jika Allah belum berkehendak, ya semuanya menjadi mustahil, begitu pun ketika Allah sudah berkata "iya waktunya sekarang" maka semuanya akan begitu saja terjadi dengan sangat mudah.
Ketika aku tau bahwa nanti akan tinggal berdua sama suami apalagi di bulan Puasa dan saat masa covid-19 seperti ini, sangat challenging banget sih menurutku. Karena dari sini kita diatur untuk saling bisa memanage rasa, kekompakan dan juga rasa kasih sayang dari suami istri yang benar-benar dalam 24 jam berdua terus dan selalu begitu.
Apalagi ga dipungkiri ketika di masa Covid-19 ini tentu pengeluaran akan terus berjalan, hanya saja uang transport yang tidak ada. Belum lagi bulan ramadhan ini aku rasa harga bawang merah begitu naik, jadi kalo mau bikin masakan, percayalah, aku selalu menghitung jumlah bawang merahnya yang aku gunakan agar efektif.
Pengurangan jumlah pemasukan juga menjadi concern kita berdua kok, dan ga nyangka udah mau jalan sebulan aja ketika bulan Juni awal nanti dan itu adalah sebuah previllage aku dan suami, kita beneran bisa tinggal berdua aja dan kalkulatornya Allah itu tidak akan pernah salah. Makanya aku terus meyakinkan dan terus mencari cara agar aku suatu saat bisa berbisnis dan sepertinya aku mengurungkan niat untuk kembali bekerja kantoran.
Rasanya Puasa di Masa Covid-19
Dimana pekerja kantoran saat ini sedang mengalami (beberapa) PHK di perusahannya masing-masing, dan semoga suatu saat dan dalam hati aku percaya aku bisa berbisnis, aku bisa mapan secara finansial dari bisnis. Lalu di bulan Ramadhan ini ceritanya adalah seputar kita makan sahur dan makan berbuka aku selalu berpikir untuk sebuah menu yang tanpa aku masak 2x, dan pada kenyatannya tetap aja ada kalanya aku harus memasak dua kali, karena suami aku ternyata harus dengan makanan fresh dan mengandung unsur kuah ketika sahur, untuk mengundang nafsu makannya.
Banyak hal dan kejadian luar biasa, menjadi hkmah puasa di masa covid-19 ini, walau terasa amat berbeda dengan tidak ada kedatangan kami lagi untuk ke masjid, karena menghindari kerumunan dan wilayah Tangerang yang masuk redzone. Sedihnya ketika malam Lailatul Qodar, aku dan suami yang terbiasa mengunjungi masjid, untuk beribadah di masjid di malam Lailatul Qodar itu memutuskan untuk diam di rumah saja, mengurangi angka penambahan dan tidak tau apakah diri kita yang akan tertular apa malah menularkan kepda orang lain.
Dan juga, tidak ada lagi menu-menu yang istimewa ketika Ramadhan karena biasanya di hari keberapa Ramadhan aku selalu menyempatkan pulang ke Karawang, menengok mamah dan bisa berbuka serta menyantap hidangan sahur bersama. Terlebih, kita merasa di bulan Ramadhan ini, selalu tidur larut malam. Entah untuk mengobrol berdua, tadarus Al-Qur'an bersama hingga menonton streaming film hingga lepas jam satu dini hari dan sangat tanggung untuk sahur.
Tak jarang, ketika pagi menjelang, jam 8 kita baru bangun ehehehe. Dan pernah ada momen mengharukan banget, ketika aku bangun pagi, semua cucian sudah selesai dicuci dan dijemur, cucian piring sudah rapih dan semuanya dikerjakan oleh suamiku. Salah satu yang aku syukuri dari puasa di masa covid-19 adanya chemistery kita untuk saling, satu sama lain.
Tidak ada komentar
Posting Komentar