(Progress Menulis Buku: Seperti kisah kasih di sekolah. Dokpri) |
Teruntuk dia yang selalu ada dalam setiap hembusan nafas ini, selalu abadi dalam ingatan, namun genggamanku rasanya tak cukup untuk membuatnya selalu ada di sisi.
Mengingat hari demi hari Saka selalu disibukkan dengan kegiatan perkuliahan yang tiada hentinya, tak jarang ia sangat merindukan momen-momen bagiaman sang arjuna datang untuk memberikan pernyataan bahwa ia menaruh rasa yang cukup dalam.
Nyatanya itu semua hanyalah ilusi, sedari di bangku SMA, Saka tidak merasakan yang namanya berganti-ganti pacar. Apa mau dikata, ia merasa kepindahannya ke kota tersebut membawanya pada lubang yang sangat gelap, ia dipaksa untuk meraihnya, namun hanya bisa sejengkal saja.
Hari demi hari ia isi dengan sikap adaptasi yang masih dianggap aneh itu, karena kesulitan dalam berbahasa, Saka terkadang ingin menyerah saja terkait perasaannya ini dan juga merasa tidak ada yang bisa ia perjuangkan, toh semuanya netral-netral saja.
Lalu ia bertanya pada diri sendiri sejauh ini kemana pada akhirnya hati Saka akan berlabuh? Jawaban yang sangat klasik adalah tentu di waktu yang tepat, namun terakdang pernyataan klasik ini akan semakin menambah daftar panjang dari apa-apa yang belum ia rasakan, yaitu rasa cinta.
Kisah cinta yang dirasakan oleh anak-anak muda menurut para generasi babby boomers adalah roman picisan katanya. Jika ditelisik lebih dalam lagi, roman picisan yang sebenarnya adalah ketika hati yang sama-sama ingin bertaut, namun tidak ada tanda keseriusan didalamnya. Sontak saja, yang tadinya damai dan tentram, ketika mendengar kata serius, artinya akan masuk pada jenjang pernikaha.
Tidak selamanya bahwa cinta yang dirasakan itu akan berlabuh pada sebuah ikatan pernikahan. Ada rasa berkorban yang sangat besar, yang menjadi garda terdepan lebih dari sekedar rasa cinta yang singkatnya, aku suka kamu dan kamu suka aku. Rasa hangat yang menjalar, kian perlahan, lalu membuat kadang seseorang kehilangan kendali atas dirinya.
Tak sadar bahwa diperlakukan tidak selayaknya, tidak diberikan rasa cinta namun dipaksa untuk terus memberikan rasa cinta. Apakah ada? Aku rasa perihal cinta ini tidak sepatutnya untuk siapa yang paling berkorban diantara sebuah hubungan, karena Saka merasakan jika rasa suka itu pertama kali jatuh pada paras yang cantik, bentuk fisik yang menarik dan semua itu pupus sudah dari diri Saka.
Membuat hari-hari Saka semakin berat karena mustahil ia memiliki daya pikat kepada kaum adam ini, jujur dari satu sisi yang tidak pernah ia hiraukan ada perkataan, bahwa sudah seharusnya Saka segera mencari pacar, daripada ia yang menunggu kedatangan seorang lelaki dalam hidupnya. Mencelos hati Saka ketika ia terkadang merasa cocok dengan anak lelaki bernama Danas waktu itu sungguh mencuri hatinya.
Dari hari ke hari Danas tidak menunjukkan rasa ketertarikan pada Saka, lalu Saka merasa ia tidak pantas dan lantas mundur secara perlahan hingga suatu hari ia membuat sebuah status di laman Facebook miliknya,
"Apakah aku harus menyerah dan membiarkan rasa ini semakin berkelana hingga tak tentu arah? Saatnya juga aku bisa katakan cinta, namun dengan sangat terhormat."
Status Saka saat itu juga terbaca oleh ayahnya dan langsung dibalas di kolom komentar itu tanpa tedeng aling-aling. Kaget dan bercampur rasa malu yang luar biasa, jangan sampai ia membuat Ayahnya berpikir bahwa Saka tidak serius untuk menuntut ilmu dan mengedepankan status sebuah hubungan. Dalam penggalan rasa malunya itu, Saka diam-diam bertekad suatu saat nanti ketika benar sang pangeran itu datang dalam hidupnya, ia harus memberikan yang terbaik, apapun itu.
Kepada yang selalu jatuh pada pelukan, biarkanlah sesekali ia mendekap dengan begitu erat hingga terkadang berlinang air mata yang tanpa disadari bukti rasa kasih dan cinta yang begitu dalam, dari seorang Ayah. Tak terungkapnya kata-kata bahkan digerus oleh kesibukan dan ini demi kita, demi keluarganya, Ayah sampai lupa bagaimana membahagiakan dirinya sendiri.
---------
"Duh, kamu itu ngerti bahasa manusia apa enggak sih!"
Saka dengan terbata-bata melanjutkan kata-kata sambil tak sanggup melihat siapa yang barusan berbicara seperti itu,
"Iya kak, aku dengar, tapi memang aku tidak sempat untuk membuatnya menjadi seperti apa yang kakak mau."
Semakin Saka berargumen, semakin empuk sasaran untuk menembus batas sanubari di hari pertama ia masuk universitas. Mengingat tahun-tahun Saka kuliah memang masih kental dengan budaya seperti ini, penerimaan mahasiswa baru yang dipenuhi dengan adegan dan juga aktivitas yang akan dikenang dalam hidupnya Saka.
Ia tidak merasa yang gimana-gimana, toh ia sudah terbiasa dengan adegan-adegan seperti itu, dan ia yakin walaupun benar dan salah atas barang-barang yang ia bawa, nantinya akan terkena bentakan juga. Tak banyak harapan bagi dirinya untuk mendatangi sebuah kota pelajar, dimana ia bersikukuh untuk bisa menikmati bangku perkuliahan dari sebuah hasil yang tentu tidaklah mudah, setidaknya untuk dirinya sendiri.
Betapa susahnya Saka masuk ke Universitas saat itu membuat khawatir Ibunya. Berawal dari ujian masuk dan sudah tiga kali yang gagal, Saka dan terutama sang Ibu tidak pantang menyerah. Seperti kasih sayang Ibu yang selalu ada sepanjang masa, Saka merasakan bahwa jiwa dan raga Ibunya itu selalu untuk menyemangati dan mendukung anak-anaknya.
Kesusahan tidak hanya dari sisi finansial saja, Saka melihat dari setiap ucapan tersirat Ibu mengenai wacana bagaimana ia bisa berkuliah asal tidak di Kedokteran. Hati Saka mencelos perlahan, namun bangkit lagi karena saat ini yang terpenting Saka bisa berkuliah. Kesusahan itu menemukan pangkalnya juga, saat pengumuman dan tanpa berpikir lagi, langsung saja, Ibu menemani setiap langkah Saka hingga Saka benar-benar tinggal di kota pelajar tersebut hingga kelulusan tiba.
Dalam masa-masa tersebut, yang paling banyak dirasakan adalah semburat rasa cinta dan seperti haus akan kasih sayang yang dirasakan Saka. Maka ketika ada lelaki yang menghampiri dengan tanpa modus, Saka merasa bahwa lelaki itu memang tulus kepadanya. Ketika tidak mampu membendung cara mengekspresikan cinta dari sisi Saka, pasangan Saka waktu itu lebih mengutamakan harta.
Apapun yang diinginkan oleh Saka, selalu dituruti oleh sang lelaki tersebut. Hanya satu prinsip terkuat dari Saka adalah tidak berani bermacam-macam dengan sang lelaki, hingga pada waktunya tiba, sang lelaki menunjukkan batang hidungnya di depan Ibunya Saka. Terkadang, ada rasa sakit yang begitu kental terasa ketika Saka menjalani masa-masa percintaan di kampus ini yang tidak seindah permulaan.
Tak sekalipun pantai yang menyuguhkan keindahan pesisir pantai, selalu ada yang lebih menarik dari itu. Entah karang yang tertabarak ombak pantai dengan suara yang begitu merdu sekaligus menanam rindu ataupun angin-angin yang membawa kepada siapapun yang ingin pergi sejenak dari riuhnya kehidupan, pasti akan memilih bersama-sama dengan angin pantai.
Nice post! Sangat salut dengan apa yang telah dilakukan.. Tetap Semangat..
BalasHapusDuh kak, deep banget deh
BalasHapus