(stop ikan rokok lomba blog KBR source by Aphiwat C on Pexels) |
"Miris sekali melihat anak-anak usia dini yang sudah terpapar oleh rokok, bahkan sampai pada fase adiktif. Bagaimana sikap kita, terutama sebagai generasi penerus bangsa untuk memutuskan rokok ini agar kesehatan dan masa depan bangsa lebih terjamin lagi dengan stop iklan rokok"
Stop Iklan Rokok di Kota Tangerang - Iklan rokok yan menjadi salah satu media penyebaran bagaimana agar rokok itu tetap diminati oleh pasaran, sayangnya tidak melihat bagaimana penyebarannya ini sampai ke ranah anak-anak usia dini yang mereka sudah sangat adiktif ini.
Tidak menyangkal keadaan psikologis anak-anak saat ini yang mudah sekali terinfluence dari iklan-iklan yang bertebaran secara masif, mau gamau mereka akhirnya penasaran dengan rokok tersebut dan ada gerakan dalam dirinya untuk ingin mencoba, karena itu adalah sesuatu hal yang baru bagi mereka. Belum lagi jika lingkungan sekitar yang mendukung mereka untuk benar-benar merealisasikan kegiatan merokok tersebut.
Iklan rokok harus dibatasi bahkan dihapuskan di berbagai daerah dan kota
Beruntungnya aku pagi ini bisa mendengarkan live streaming langsung dari Ruang Publik bersama KBR untuk membahas mengenai strategi pembatasan iklan rokok untuk pemutusan kegiatan merokok di kalangan anak-anak usia dini ini yang juga bersama dengan para narasumber yaitu pak Dedi Syahendry (Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak Dinsos PMD-PPA, kota Sawahlunto, Sumatra Barat) dan juga ibu Nahla Jovial Nisa (Koordinator Advokasi Lentera Anak) di pagi hari tanggal 24 Juni 2020 lalu.
Pertama-tama bersama pak Dedi Syahendry yang sharing bahwa di kota Sawahlunto saat ini dari ujung hingga pangkal kota, tidak ada iklan rokok. Wah keren banget ya, selain itu pak Dedi juga bercerita tidak seolah-olah sekejap mata langsung bisa terealisasi untuk kota Sawahlunto ini bisa terbebas dari iklan rokok ini.
Baca juga: Merokok Bisa Stroke Lho!
Baca juga: Merokok Bisa Stroke Lho!
Ada perjalanan yang dilalui seperti yang kita ketahui bersama bahwa iklan rokok adalah sbeuah strategi marketing dari sebuah produk rokok itu sendiri, agar terus berjalan dari apa pabrik dan juga manufacture rokok tersebut. Namun, kita tinggal bukan cuma orang-orang dewasa saja yang sudah memang merokok, berbeda dari anak-anak, mereka polos dan setiap harinya terpapar oleh iklan rokok ini, mau tidak mau mempengaruhi perilaku dan keputusan hidup mereka untuk merokok.
Dimulai dari tahun 2012 keluar PP lalu pada tahun 2013 menyebutkan bahwa Sawahlunto adalah kota layak anak dengan makin gencarnya agar iklan rokok ini sudah tidak ada lagi di kota Sawahlunto. Pada tahun 2015 sudah mulai ada Perda yang menekankan sudah tidak ada lagi iklan rokok. Lalu di tahun 2017 ini sudah ada pertimbangan yang berhubungan dengan APBD daerah dan ini tidak berpengaruh banyak, menurut pak Dedi, hingga lebih baik menyelamatkan masa depan anak dari iklan-iklan rokok, baik dalam bentuk baliho, poster-poster yang ada di warung kecil di desa-desa gitu.
Sehingga pada tahun 2018 dan 2019 sudah keluar Perwako dan dinyatakan bahwa Sawahlunto sudah bebas dari iklan rokok ini. Keren banget ya pencapaian suatu daerah ini hingga bisa terbebas dari rokok ini.
Iklan rokok ditiadakan, apakah efektif untuk jumlah perokok? Terutama anak-anak usia dini?
(stop ikan rokok lomba blog KBR source: Lisa Fotios on pexels) |
Menanggapi sebuah kebijakan ditiadakannya iklan rokok ini dalam suatu daerah, tentu akan timbul sebuha petanyaan kepada masyarakat. Sejauh apa sih efektivitasnya terhadap angka penurunan dari para perokok usia dini, terutama anak-anak yang menjadi sasaran empuk, sebagai perokok pertama dan juga akan menjadi sangat adiktif jika tidak segera diawasi dan dibatasi.
Bu Najla, menjelaskan bahwa dengan adanya pembatasan iklan rokok ini di sebuah daerah, akan berpengaruh kepada ditutupnya satu pintu dari penyebaran sounding mengenai rokok ini kepada anak-anak. Karena dengan adanya iklan rokok ini, iklan ini diam, namun dalam keseharian, anak-anak tentu bolak-balik dan ini penanaman marketing yang membuat seseorang pada pandangan ketiga baru bisa action dari iklan terebut. Seperti iklan rokok, diawal kemunculannya, anak-anak tidak langsung terpikat, namun jika lama kelamaan anak-anak melihat, ia akan penasaran, lalu mencari dan pada akhirnya mencoba merokok.
Baca Juga: Jangan Jadikan Anak-Anak Media Iklan Rokok
Baca Juga: Jangan Jadikan Anak-Anak Media Iklan Rokok
Daripada memberikan satu persatu larangan kepada anak-anak ini, memang pembatasan dan penghilangan iklan rokok di sebuah daerah ini efektif sebagai jalan mengurangi angka meningkatnya perokok aktif di bumi pertiwi ini.
Iklan rokok bagaimana di daerah lain? Untuk di kota tercintaku Tangerang, seperti apa iklan rokok ini
(stop ikan rokok lomba blog KBR source: Daria Sannikova on pexels) |
Menurut informasi dari TangerangNews bahwa sudah ada peraturan daerah mengenai pembatasan iklan rokok di kota Tangerang ini yaitu nomor 5 tahun 2010 agar masa depan anak-anak di kota Tangerang ini cerah tanpa perlu terpapar oleh rokok yang jelas-jelas merugikan kesehatan dan kesejahteraan mereka di masa depan.
Perlu diketahui bahwa dari paparan bersama mba Nahla mengenai iklan rokok yang harus dilakukan pembatasan dan juga mulai dilakukan peniadaan, juga harus diseimbangi oleh praktik marketing dalam ranah digital seperti adanya influencer-influencer dengan mudahnya mengiklankan rokok, apalagi dalam ranah secial media yang aksesnya sangat mudah ditembus oleh anak-anak.
Ini menjadi perhatian khusus buat aku sendiri sebagai yang nantinya menjadi orang tua juga, melihat iklan rokok jika tidak ada pembatasa, akan sampai dimana ini tingkat kesejahteraan dan juga tarah kesehatan masyarakat Indonesia. Mengingat, Indonesia adalah negara ASEAN yang iklannya masih begitu masif, sedangkan di beberapa negara ASEAN lainnya, jika mengiklankan mereka akan terkena denda.
Hal ini bukan berarti timbul pertanyaan, lalu bagaimana nasib perusahaan rokok itu sendiri jika tidak ada iklan? Ya karena kita tau, iklan rokok ini adalah salah satu penyumbang terbesar juga dari praktik anak-anak yang jadi mudah merokok dalam keseharian. Oleh sebab itu, butuh juga pelayanan edukasi dari sekolah-sekolah setingkat sekolah dasar hingga kampus.
Untuk aku sebagai masyarakat dan warga kota Tangerang, melihat kota Tangerang yang hijau, beberapa juga dilengkapi dengan pilihan taman, sangat disayangkan jika masih banyak warganya yang merokok, terutama rokok ini mengimbasnya kepada anak-anak ya. Untuk iklan rokok sendiri di kota Tangerang, aku melihatnya masih ada saja, seperti poster-poster yang ada di warung-warung kecil di kampung atau pinggir jalan. Harapannya tentu iklan rokok ini bisa secara tegas ditiadakan di setiap kota atau daerah seperti yang sudah di lakukan oleh Sawahlunto.
Blog ini juga diikut sertakan dalam lomba Putusin Aja! yang diselenggarakan oleh KBR.
Perlu diketahui bahwa dari paparan bersama mba Nahla mengenai iklan rokok yang harus dilakukan pembatasan dan juga mulai dilakukan peniadaan, juga harus diseimbangi oleh praktik marketing dalam ranah digital seperti adanya influencer-influencer dengan mudahnya mengiklankan rokok, apalagi dalam ranah secial media yang aksesnya sangat mudah ditembus oleh anak-anak.
Ini menjadi perhatian khusus buat aku sendiri sebagai yang nantinya menjadi orang tua juga, melihat iklan rokok jika tidak ada pembatasa, akan sampai dimana ini tingkat kesejahteraan dan juga tarah kesehatan masyarakat Indonesia. Mengingat, Indonesia adalah negara ASEAN yang iklannya masih begitu masif, sedangkan di beberapa negara ASEAN lainnya, jika mengiklankan mereka akan terkena denda.
Hal ini bukan berarti timbul pertanyaan, lalu bagaimana nasib perusahaan rokok itu sendiri jika tidak ada iklan? Ya karena kita tau, iklan rokok ini adalah salah satu penyumbang terbesar juga dari praktik anak-anak yang jadi mudah merokok dalam keseharian. Oleh sebab itu, butuh juga pelayanan edukasi dari sekolah-sekolah setingkat sekolah dasar hingga kampus.
Untuk aku sebagai masyarakat dan warga kota Tangerang, melihat kota Tangerang yang hijau, beberapa juga dilengkapi dengan pilihan taman, sangat disayangkan jika masih banyak warganya yang merokok, terutama rokok ini mengimbasnya kepada anak-anak ya. Untuk iklan rokok sendiri di kota Tangerang, aku melihatnya masih ada saja, seperti poster-poster yang ada di warung-warung kecil di kampung atau pinggir jalan. Harapannya tentu iklan rokok ini bisa secara tegas ditiadakan di setiap kota atau daerah seperti yang sudah di lakukan oleh Sawahlunto.
Blog ini juga diikut sertakan dalam lomba Putusin Aja! yang diselenggarakan oleh KBR.
rokok bikin dilema juga ya, di satu merusak kesehatan di sisi lain pendapatan negara juga tapi emang harus ada solusi salah satunya hapuskan iklan di media dan harga bikin se mahal mungkin. biar para sultan aja yg merokok gitu
BalasHapusKalau menurut saya, iklan rokok hanya salah satu pemicu anak-anak untuk merokok. Karena saya amati, iklan rokok itu tidak ada menampilkan produknya.
BalasHapusNah, pemicu utama, justru saya melihat dari lingkungan keluarga. Misalnya dia melihat bapaknya merokok. Kemudian lingkungan pertemanan. Kalau masuk dalam pertemanan merokok, biasa dicekokin juga. Misalnya, aah.. cemen lu, benci lu ga merokok. Awalnya bisa seperti itu.
Jadi perlu sekali menerapkan pemahaman kepada anak seputar rokok itu. Bisa dari workshop, termasuk iklan juga.
Ngilu ya soal anak-anak merokok. Mungkin, yang bisa dilakukan adalah memberikan sosialisasi kepada orang tua anak-anak dan anak-anak itu akan efek rokok atau hal apa yang dapat dilakukan selain merokok.
BalasHapusAku juga prihatin mengingat kalau sekarang bukan hanya kalangan orang dewasa tetapi kalangan anak anak yang masih terbilang belia.
BalasHapusMudahnya mendapatkan rokok dengan mudah diwarung,hal itulah yang membuat anak anak penasaran dan mencoba.
Padahal rokok adalah sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan. Dan bagiku disini tak hanya peran orang tua tapi penjual rokok yang ada diwarung pun juga mesti diberikan sosialisasi agar tak menjual ke anak anak
Bingung harus mau ngomong apaalagi kalau soal iklan rokok, harapannya sih nggak ada lagi iklannya apalagi harganya yang masih dapat dikatakan terjangkau untuk anak-anak. Semoga sih nggak ada lagi iklannya maupun bisa dinaikkan harganya
BalasHapusAnak-anak SMP banyak yg jadi perokok, nggak tahu apanya yang bikin keren bagi mereka.. kalo yg kulihat dari lingkungku, bukan dari iklan tapi pergaulan tepatnya
BalasHapusSemua event harus aktif berperan serta dalam mengurangi iklan rokok. Kalau kompak pasti berjalan dan angka perokok dini juga turun.
BalasHapusMasalah rokok ini juga sudah bikin saya muak, tapi mau gimana lagi jangankan edukasi masyarakat luas. Keluarga sendiri aja susah diperingatkan kalau rokok itu berbahaya
BalasHapusSangat berharap agar masyarakat sadar kalau rokok itu berbahaya, rindu udara segar tanpa asap rokok
BalasHapusMerokok pada anak-anak ini, sudah jadi tanggung jawab bersama ya. Ngga hanya pada keluarga, tapi juga pada masyarakat dan pemerintah. Harus tegas dari semua pihak
BalasHapusBukan cuma iklan rokok yang harus dibatasi, tapi juga contoh keluarga dan mau menegur jika ada anak remaja yg merokok. Ironisnya masih banyak bapaknya yg merokok, bahkan ibunya, yaa anaknya ikut-ikutan
BalasHapusIklan rokok sekarang ssmakin terang2an.. yang bikin semakin terang justru peringatannya ya.. semoga para perokok segera insaf.. hehe
BalasHapusIklan rokok tuh selalu dikemas dengan keren. Menampilkan tempat wisata bagus, anak-anak muda yang melakukan aktivitas extreme. Jadi yang terpatri di benak penonton iklannya bahwa iklan rokok itu keren dan dan kekinian. Mempengaruhinya secara tidak langsung. Branding seperti ini yang membahayakan bagi persepsi para remaja awal yang selalu ingin mencoba sesuatu yg dianggapnya keren.
BalasHapusUdah bener tuh harus diatur ketat iklan rokok, atau bahkan dilakukan pelarangan ya.
Iklan rokok setau saya cuma boleh tayang diatas jam 10 malam kalau di TV loh ya. kalau di papan-papan reklame ya mau bagaimalagi. Tapi betul kata pak Bambang, iklan rokok bukan pemicu utama anak-anak merokok. Karena anak-anak dan juga remaja ini makhluk-makhluk peniru lingkungan terdekatnya. Jadi kalau keluarganya merokok ya mau gimana...
BalasHapus