(Tips menjadi content creator masa kini bersama kang Maman Suherman, Teh Ani dan mba Amy Kamila. Doc: KPPPA) |
Berangkat dari keresahan beberapa orang tua jaman sekarang yang anak-anaknya adalah generasi milenial karena menghabiskan banyak waktu di depan gadget dan sering abai terhadap sekitar. Makan di meja makan bareng keluarga, ngumpul iya tapi sedikit yang ngobrol dan berkomunikasi dengan nyata, sisanya sibuk dengan gadget masing-masing, iya apa iyaaaa?
Perkembangan Zaman=Kemerosotoan Moral
Kita memang tidak bisa menolak perkembangan zaman yang semakin digital dan pengguna internet dewasa ini berkembang cukup pesat, khususnya di Indonesia. Keresahan aku pribadi sebagai pengguna media sosial dan juga content creator melihat perkembangan teknologi yang menjamur namun tidak selaras dengan beberapa dampak yang justru malah membuat seseorang menjadi tidak produktif di masa mudanya.
Bersama mas Yosh Aditya (Moderator) di acara Webinar Mengisi Kemerdekaan Dengan Postingan Positif bersama KPPPA mengatakan bahwa,
“Perkembangan internet di Indonesia itu menduduki peringkat ke-4 dan yang menggunakan waktu sangat luang untuk berselancar berinternet adalah Indonesia. Angka 23% peningkatan pengguna internet yang memunculkan masalah-masalah karena kurangnya pengetahuan dan literasi tentang bagaimana sih menggunakan media sosial yang baik itu.”
“Tidak asal ada berita langsung share dan tidak memvalidasi konten tersebut. Apalagi di masa pandemi ini kegiatan ruang dibatasi dan memilih internet sebagai pelepas rindu terhadap dunia luar dengan suguhan konten posisitf dan juga konten-konten yang memicu banyak hal negative untuk perkembangan anak muda Indoensia”
Cita-Cita Anak Bangsa Kini Sudah Bergeser, Tidak Lagi Menjadi Dokter, Pilot dan Polisi
Suatu siang ketika kumpul dengan kakak-kakak ipar beserta keponakan yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar, iseng aku tanya apa cita-cita mereka. Salah satunya bilang dengan lantang dan percaya diri,
“Aunty, aku tuh maunya jadi scientist yang jago Youtube juga!”
Binar di matanya itu menunjukkan bahwa ia serius untuk menjadi seorang Youtuber dan bisa bekerja di laboratorium menjadi seorang scientist. Ada sisi bangga dan juga sepercik khawatir tentang pengaruh masukan-masukan konten saat ini, apakah relate dengan konten yang ingin ia kembangkan di masa depan.
Content Creator sukses adalah yang bisa viral? Benarkah?
Pas banget saat mengikuti webinar tentang merdeka konten dan berjuang menjadi seorang content creator yang bisa bertanggung jawab terhadap semua konten yang berhasil ia produksi. Bersama kak Amy Kamila (Content Creator, Promotor Film dan Founder SOB), aku banyak mendapatkan insight bahwa hal pertama yang harus diketahui oleh anak-anak yang bercita-cita menjadi content creator adalah tidak sekedar popularitas dan juga viral karena ia berhasil memproduksi konten yang banyak lalu disukai oleh netizen.
Kak Amy juga mengatakan hal yang paling membuat aku refresh lagi untuk menjadi seorang content creator itu adalah seperti panggilan jiwa. Untuk bisa berkarya, awali dengan rasa ingin menebar kebermanfaatan, bukan money oriented atau ingin viral dalam satu waktu.
“Jadikan postingan konten kalian itu yang bukan lagi siapa diri kalian, tapi identitas sebuah bangsa Indonesia yang akan seperti apa di kenal di kancah Internasional dan Dunia. Mulailah produksi konten dari eksekusi sebuah ide lalu verifikasi apakah sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Ide yang tidak dibuat selamanya akan menjadi ide dan bukan sebuah karya”
Content creator adalah orang-orang yang mempunyai kisah untuk dibagikan ke orang lain dalam berbagai bentuk platform dan dinikmati oleh netizen yang dapat mengubah perilaku dan menjadi fenomena.
Ini bener banget sih, ingat ketika sedang ada seorang content creator dengan jumlah pengikut yang sudah banyak, beberapa orang meniru dan ini benar menjadi sebuah fenomena tersendiri dalam gaya hidup masyarakat.
10 Hal Menjadi content creator di Masa Kini
- Eksekusi ide menjadi sebuah karya
Ide ketika dipendam, selamanya akan menjadi ide dan tidak akan menjadi sebuah karya. Hasilkan sekecil apapun ide itu dalam bentuk konten baik dengan gambar lalu dibubuhkan caption, membuat video kegiatan sehari-hari yang ber-value, atau bercerita dalam bentuk tulisan.
- Munculkan ide-ide briliant dari uniknya diri kalian
- Ekskalasi konten kalian
- Bubuhkan rasa dalam setiap karya kalian
- Tidak perlu memikirkan hasil karya akan dinilai jelek, bikin aja dulu
- Jangan ragu untuk punya mentor dalam proses kreatif
- Berkarya itu jangan lupakan berkolaborasi
- Apapun karya kalian, dimulai dari sebuah story line
- Lakukan dengan konsisten
- Content creator itu (viral=bonus ; keren= harus ; kreatif= tantangannya)
Menggiurkan memang sekalinya bikin konten, yang kita buat itu langsung mengundang banyak viewers dan membuat viral dan bisa-bisa kita diundang secara mendadak di sebuah stasiun televisi karena keviralan itu. Tapi tunggu dulu, apakah viral aja cukup bagi seorang content creator?
Memaknai Kemerdekaan RI ke-75 Dengan Berjuang di Era Sosial Media
Hype nya industri kreatif saat ini memang banyak didominasi oleh para generasi milenial. Tapi tidak menutup kemungkinan ada diantara mereka yang tidak produce content, hanya menikmati scrolling timeline dan menjadi pribadi yang konsumtif.
(Teh Ani Berta memberikan insight mengenai content creator dan seluk beluk merdeka lawan hoax. Doc: grup ISB Course) |
Teh Ani Berta (Blogger & Founder Female Digest) memberikan semangat kemerdekaan di era saat ini untuk berjuang memproduksi konten-konten di sosial media dan berbagai platform secara positif dan tidak sekedar ingin tenar.
“Begitu bejibunnya informasinya datang dan menumpuk, distraksi kebudayaan dari luar, berkreasi dan lebih luas wawasannya. Itu kenapa kita harus berjuang di media sosial, kita lihat dampak sudah terasa di anak-anak kita”
“Banyak anak-anak muda sekarang itu tidak produktif dan konsumtif. Menonton dan scrolling timeline dan komentar-komentar, itu sangat negatif dampaknya. Jadi cenderung mageran, disuruh sedikit jadi mager, disuruh membuat sesuatu yg lebih ada aktivitas fisik, sekarang cenderung mager karena keasyikan di media sosial tersebut.”
Teh Ani membagikan beberapa insight yang bagus sekali, ketika teman-teman yang sudah menjadi penggiat konten, agar konten yang dibagikan lebih “berdaging” dan bagi yang ingin belajar menjadi content creator adalah selalu penuhi dengan data di dalam konten.
Dalam menyajikan konten, agar bernilai tambah dan positif, perhatikan hal-hal berikut ini ya:
1. Kita tidak bisa mengkontrol orang lain, tapi bisa untuk diri kita. Sehingga menghindari terciptanya konten-konten bohong, hoax dan propaganda karena saat ini banyak orang yang punya paham sendiri tapi tidak tepat. Saatnya kita perang lawan hoax,
2. Kawali informasi yang datang dari berbagai sumber, caranya adalah selalu verifikasi apakah valid dan tidaknya berita tersebut dan bandingkan media-media yang sudah ada dan kredibel
3. Amunisi Edukasi sebagai media menyebarkan manfaat yang positif dan referensi dari sistem pendidikan.
(Sharing mengenai pentingnya edukasi, literasi dan kontrol dalam bersosial media dan jadi content creator. Dokpri) |
Bersama kang Maman Suherman dikesempatan yang besar dan berarti buat aku bisa dengerin langsung kang Maman memberikan pemahaman mengenai betapa pentingnya peran anak muda membawa stigma dan juga identitas sebuah bangsa melalui proses dan juga konten kreatif.
Melihat banyak dan beraneka ragamnya konten saat ini, membuat kang Maman meminta literasi membaca dan literasi digital itu terus diterapkan disetiap lini kehidupan, khususnya ranah keluarga. Membuat konten yang viral itu bukan berarti selalu baik, apa iya ada brand atau perusahaan yang mau menggunakan seseorang yang viral untuk memasarkan produknya ketika viralnya orang tersebut bukan untuk kebermanfaatan.
Sebagai penggiat konten, tentukan 5R (Read, Research, Reliable, Reflecting, dan w(Rite) serta 4K (Komunikasi, Kolaborasi, Kreativitas, Kreatif berpikir). Kalimat yang paling mengena untuk saya dari Kang Maman adalah,
“Kita jadi perekat bangsa, betul ada di tangan anak muda, orang tua jangan underestimate, minta memahami tapi sesungguhnya anak-anak punya dunia sendiri. Mudah-mudahan konten-konten kita punya perspektif yang luas sehingga perempuan bisa jadi subjek pembuat keputusa. Masalah terjadi di perempuan itu bukan masalah perempuan, tapi justru masalah kemanusiaan.”
Hidup dalam ranah sosial media membuat kita berada pada grey area, pintar-pintarlah untuk memilah konten yang membuat kita bisa lebih berdaya. Jangan diamkan ide karena tidak akan menjadi karya jika hanya terus dipikirkan tanpa adanya eksekusi. Lalu mulailah rajin membaca buku karena menulis itu adalah ekspresi dari sebuah karya dan selalu diawali dengan membaca.
Semoga Indonesia bisa berjuang memproduksi konten-konten terbaik dari tangan-tangan anak bangsa yang kompeten dan juga memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi. Serta tidak mau menyebarkan informasi yang dirasa belum tentu kebenarannya. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk postingan kiat-kiat menjadi content creator di masa kini ini ya!
Makin santer aja sekarang Mbak content creator, pada pengin menekuni pekerjaan ini karena seolah enak dan menghasilkan cepat tanpa perlu perlu ke luar rumah. Padahal banyak syarat dan pedomannya loh biar ga asal viral. Asyik banget nih acaranya, ada Kang Maman juga.
BalasHapus