(Tour virtual kemerdekaan bersama wisata kreatif Jakarta. Doc: ISB) |
Aku ingin membagikan pengalaman yang begitu mengesankan ketika ikut serta dalam kesempatan emas yang mungkin sulit didapat lagi disaat pandemi aktivitas untuk travelling dan mengunjungi lokasi wisata itu begitu sangat terbatas. Pengalaman pertama aku ikut wisata keliling jakarta dalam tema wisata bahari dan tempat sejarah bahari di Jakarta bersama komunitas ISB (Indonesia Sosial Blogpreneur) dan Wisata Kreatif Jakarta.
Menuju detik-detik proklamasi hari kemerdekaan RI, ISB mengajak aku untuk berkesempatan mengunjungi secara virtual tempat-tempat sejarah di sudut kota Jakarta yang akan dipandu oleh mba Ira Latief, salah satu senior tour guide yang aku kenal di Wisata Kreatif Jakarta ini dengan lincah dan sangat enak banget menyampaikan cerita-cerita sejarah dengan tidak pernah bosan.
Tour Virtual Kemerdekaan di sudut kota Jakarta bersama ISB, Kinokuniya dan Wisata Kreatif Jakarta
(Serunya tour kemerdekaan secara virtual ke sudut sejarah persitiwa kemerdekaan di Jakarta. Doc: Kinokuniya) |
1. Mengenal sosok Wage Rudolf Supratman di Museum Sumpah Pemuda
Mba Ira Latief dengan lincah menggeser mousepad pada lokasi menuju Museum Sumpah Pemuda yang berada di Jalan Kramat Jati, Jakarta ini untuk mengenalkan kita pada sosok pencipta lagu Indonesia Raya yaitu WR. Supratman. Apa hubungannya dengan museum sumpah pemuda memangnya? Jadi museum sumpah pemuda ini pada jaman kolonial Belanda merupakan wilayah seperti kos-kosan para pemuda-pemuda bidang kedokteran atau dikenal dengan Stovia. Mereka pun kerap membahas permasalahan politik dalam diskusi dan setiap tongkrongannya mereka ini selalu kritis dan bagaimana Indonesia bisa merdeka.
Sedikit kisah pilu dari WR. Supratman yang mungkin banyak orang tidak tau menau, bahwa beliau ini wafat dalam usia yang masih cukup muda yaitu 35 tahun karena mengidap penyakit di paru-parunya dan itu tujuh tahun sebelum kemerdekaan. Sedih banget waktu tau kalo sang pencipta lagu kebangsaan negara Indonesia ini tidak melihat karyanya sebagai lagu kebangsaan dan dinyanyikan di hari kemerdekaan.
Kisah WR. Supratman ini berangkat dari seorang pemuda yang tinggal di Makassar dan menjalani profesi sebagai musisi juga mendapatkan job (istilahnya tour dari cafe satu ke cafe lainnya) dan pada waktu itu, hidupnya sudah sangat berkecukupan. Lalu ia tinggalkan zona nyaman untuk menjadi seorang wartawan di Bandung dan semakin berkobarlah jiwa-jiwa nasionalnya untuk berjuang atas kemerdekaan Indonesia.
Perjalanan panjang untuk menciptakan lagu Indonesia Raya ini menuai begitu banyak perih, sampai ia bertemu sosok kakaknya Kartini, Sosro Kartono untuk selalu berjuang demi Indonesia dan walaupun ia dikejar-kejar oleh para kolonial karena sudah mulai tercium menciptakan beberapa lag nasional, ia tidak patah arang. Sholat malam dan doa-doa yang selalu mengiringi perjuangan beliau hingga tepat di hari sumpah pemuda itu, lagu ciptaannya bisa terdengar oleh para pemuda dan pemudi yang hadir di rumah kos-kosan tersebut yang saat ini menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Museum Sumpah Pemuda ini menghadirkan diorama dan juga informasi-informasi penting termasuk cerita WR. Supratman dan juga biaya masuk museum ini sangatlah terjangkau sekitar 2000 rupiah. Display tampilannya juga sudah high tech dan juga teknologi modern untuk sebuah museum. Oya, mba Ira Latief juga tidak melulu mengajak kita di dalam museum Sumpah Pemuda aja lho, menjelaskan juga bahwa daerah sekitar Kwitang ini dulunya menjadi pusat toko buku bekas terbesar se-Asi Tenggara lho!
Dan adanya kuliner legendaris di sekitar Kwitang ini seperti Ice Cream Baltik (1939) ini menjadi magnet tersendiri buat bisa menikmati sudut-sudut sejarah kota Jakarta dalam peristiwa kemerdekaan. Pesan mba Ira, kalo nyicip Ice Cream Baltik, jangan lupa yang rasa Nuogat katanya enak banget hehe. Tak lupa yang menjadi ikonik sepanjang masa adalah di jalan ini juga jadi tempat shooting AADC Cinta dan Rangga, yang kisahnya bikin baper beberapa generasi ini hehe.
2. Gedung Pancasila
Setelah menelusuri kisah cukup pilu dari WR. Supratman bahwa karya akan selalu abadi walaupun raga dan jasad sudah tidak ada, bentuk perjuangan kita tidak selalu dengan berperang, tapi bisa dengan memberikan sebuah karya untuk kebaikan umat. Selanjutnya mba Ira mengajak kita ke Gedung Pancasila yang menjadi salah satu tujuan wisata edisi kemerdekaan kali ini yang berlokasi di daerah Jalan Pejambon, kawasan Kemenlu.
Gedung Pancasila ini tidak bisa sembarangan orang bisa berkunjung dan masuk ke dalam wilayah gedung. Gedung yang saat ini menjadi gedung bagi para calon diplomat ini memang dahulunya adalah Gedung Volksraad atau Dewan Rakyat dan satu-satunya pribumi negara kita yang pernah berkantor di Gedung Pancasila adalah Muhammad Husni Thamrin (MH Thamrin) yang abadi menjadi nama jalan protokol di Jakarta. Perjuangan beliau dalam membela hak-hak bangsa serta yang jadi cikal bakal perusahaan air minum di bumi pertiwi ini.
Gedung Pancasila ini dahulunya merupakan tempat lahirnya dasar negara kita, yaitu Pancasila. Pertama kalinya dalam rapat BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemederkaan Indonesia) yang dipimpin oleh bapak Radjiman Widyodiningrat ketika bertanya, "kelak ketika Indoensia merdeka, apa dasar negara kita?" Saat itulah Soekarno maju kedepan dan dengan tanpa teks, ia berpidato tentang Pancasila dan itu juga mengenai dasar pemikiran beliau yang menjadi dasar bangsa negara Indonesia.
Tak terasa apa yang disampaikan mba Ira tentang sejarah itu menjadi sesuatu yang sangat seru dan fun! Kita juga diajak melewati salah satu gereja protestan tertua di Indonesia yaitu Gereja Immanuel, yang indah banget memang bangunannya dan pernah dijadikan plot tempat shooting film warkop DKI di latar halaman depannya. Juga film Ayat-Ayat Cinta pada scene di pengadilan agama itu, bertempat disini. Mba Ira juga menjelaskan bahwa di Gereja Immanuel ini ada misa yang dibawakan dalam bahasa Belanda lho dan diikuti oleh para jemaat yang memang sudah senja (oma-oma).
3. Museum Juang 45
Seru banget perjalanan kita kali ini, saatnya mengeksplorasi Museum Juang 45 yang mana ketika hari Kemerdekaan RI ini adalah lokasi titik finish teman-teman yang sedang pawai kemerdekaan dengan dresscode ala-ala para pejuang di tahun 45, seperti naik sepeda onthel dan beberapa ada yang menggunakan baju veteran gitu.
Tapi untuk tahun ini, sudah tidak ada, cenderung sepi dan terganti dengan virtual tour kemerdekaan bersama Wisata Jakarta Kreatif ini aku jadi tau kalo dulu Museum Juang 45 adalah tempat salah satu kos-kosan mewah dijamannya dan menjadi tempat diskusi atau nongkrong anak-anak muda membicarakan kemerdekaan dan politik, termasuk pujangga penulis sastrawan kita Chairil Anwar sering nongkrong disini.
Di Museum Juang 45 ini kita bisa melihat adanya mobil RI 1 RI 1 dan juga mobil pribadi pak Soekarno-Hatta yang masih bisa nyala lho sampe saat ini. Bahkan khusus di hari Kemerdekaan, sering dikeluarkan untuk pawai. Wah seru banget, masih terawat dengan sangat baik ya. Lalu dilanjutkan ke beberapa sudut kota yang menjadi inspirasi menyambut hari merdeka RI ke-75 ini.
Mba Ira mengajak kita untuk mampir ke hotel Cikini, yang terkenal dengan Tjan Njan (1951) merupakan es kopyor yang menjadi es krim favoritnya pak Soekarno ketika menjemput anaknya yan bersekolah di Percik dan pernah ada tragedi hampir terbunuhnya pak Soekarno saat itu menggunakan mobil pribadinya dan menewaskan 6 orang korban. Daerah ini juga terkenal dengan toko roti legendaris yaitu Tan Ek Tjoan yang saat ini biasa dijajakan dengan sepeda gerobak gitu.
Kita diajak mampir sebentar ke rumah Bapak Ahmad Sobardjo yang merupakan Mentri Luar Negeri pertama Indonesia dan berkantor di rumahnya sendiri ini mengajak kepada putra dan putri bangsa Indonesia untuk bergabung menjadi staf kemenlu yang saat itu sepi peminat. Sampai-sampai iklan lowongan ini disebarkan melalui koran, namun yang daftar hanya 5 orang saja. Pak Ahmad Sobardjo juga di meja kerjanya ini berharap suatu saat nanti Deplu ini menjadi pekerjaan yang dicita-citakan oleh anak bangsa, eh terbukti banget ya sekarang banyak yang ingin bekerja di Deplu.
4. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Museum ini dahulunya adalah rumah mewah milik Laksamana Maeda yang memperbolehkan tiga serangkai ini untuk berdiskusi masalah kemerdekaan Indonesia, ketika saat itu Jepang terjadi pristiwa Hirosima dan Nagasaki, mereka merumuskan naskah proklamasi di rumah ini. Diatas grand piano yang ada di rumahnya Laksamana Maeda ini, Soekarno dan Hatta menandatangani naskah proklamasi yang sudah diketika oleh Sayuti Melik.
Di Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini hadir pak Ahmad Subardjo yang merupakan anggota dari 3 serangkai, namun seringkali namanya begitu redup padahal ia membantu dalam pembuatan naskah teks proklamasi ini dan juga menjadi trigerred keyakinan para pemuda-pemuda yang menculik Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok pada saat detik-detik Kemerdekaan RI ini. Di halaman belakang rumah Laksamana Maeda terdapat sebuah bunker yang berisi dokumen-dokumen penting dan saat ini bisa dimasuki hingga 3 orang dewasa dengan luas panjangnya 5 meter.
Kita melewati Jl. Diponegoro yaitu rumahnya pak Hatta yang saat ini ditempatkan oleh anaknya, Mutia Hatta dan dijadikan sebagai salah satu yayasan dan juga tempat diskusi bagi anak-anak muda. Begitu welcome, seperti dalam film Soekarno yang diperankan oleh Aryo Bayu itu, terdapat adegan di rumahnya pak Hatta.
Ada jl. Surabaya yang menjadi pusat barang antik dan sering dikunjungi oleh banyak turis mancanegara serta menjadi jalan yang cukup banyak kantor Partai Politik yang berada di wilayah ini. Salah satunya kantor Parpol yang begitu estetik dan terbagus di dunia adalah kantornya parpol Golkar lho! Keren kan!
5. Tugu atau Monument Proklamasi
Dahulunya sebelum diratakan oleh tanah dan menjadi sebuah tugu Proklamasi, ada sebuah rumah di Jl. Pengangsaan Timur No.56 Jakarta ini yang menjadi saksi sejarah peristiwa kemedekaan RI yaitu rumahnya Soekarno bersama ibu Fatmawati sekaligus yang menjahit bendera pusaka kita, bendera merah putih.
Rangkaian tour virtual kemerdekaan bareng mba Ira Latief dari Wisata Kreatif Jakarta ini sungguh membuka wawasan aku akan sejarah yang begitu masuk ke dalam bawah alam sadar dan terharu dengan semua perjuangan mereka di waktu itu. Menyenangkan banget berjalan-jalan secara virtual ini bareng mba Ira Latief yang sangat jarang bisa aku ceritakan dengan begitu mengalir di blog ini. Terima kasih banyak ya ISB, Kinokuniya dan juga Wisata Kreatif Jakarta yang ternyata rekomendasi banget buat anak-anak sekolah nih yang mengalami kesulitan belajar sejarah, karena bisa dilakukan via daring dan ini seru banget!
Tidak ada komentar
Posting Komentar