Menjadi Sosok yang Menyenangkan

(Jadilah sosok yang menyenangkan. Dokpri)

Membiasakan diri untuk bisa bangun lebih pagi, masih terlampau sulit buatku. Seringnya malah gampang banget untuk off-kan alarm dari smartphone. Padahal, di pagi hari itu adalah goresan harapan, impian dan bahkan takdir sudah siap untuk kita jalankan.

Pada pagi hari juga, banyak terselip doa-doa agar aku dapat menjalani hari demi hari lebih baik dari hari kemarin. Sudah berkali-kali ngomong ke diri sendiri, jangan suka membandingkan diri kita sama orang lain. Berujungnya jadi semangat, dan niat kita untuk memulai suatu pekerjaan jadi lewat gitu aja karena merasa diri ini hanya remahan rangginang di dalam kaleng Khong Guan.

Kalau gini terus, ya kapan aku bisa menjadi lebih baik dari hari kemarin. Dikit-dikit lihat hal-hal yang berseliweran di media sosial itu nampaknya penuh keindahan, kemudahan dan serba kesempurnaan. Namun, jarang terpikirkan bahwa di balik layar smartphone yang dipakai untuk posting itu, ada tumpukan rasa sakit dan air mata juga.

Ya begitulah, padahal peran aku saat ini sejak menikah bersama suami tercinta (please jangan GR ya pas suatu saat baca ini) adalah dia itu selalu mengapresiasi setiap hasil kerjaan yang aku kerjakan. Memang aku baru sadar love languange dia adalah service. Sehingga, ya sebisa mungkin aku harus melayani suami dengan baik.

Dia selalu bilang, kalau ada makanan hangat yang baru selesai aku masak beserta rumah yang rapih serta baju yang dipakai nyaman untuk dipakai, itu adalah sebuah kenikmatan untuknya. Waw, aku baru sadar itu setelah kita kemarin ada deep talk sebelum tidur.

Sosok yang Menyenangkan

Mau nulis jadi sosok yang memberikan pelayanan terbaik (takut emmmm gitu deh haha), lebih amannya gini aja ya. Jadi sosok yang menyenangkan itu ternyata menghangatkan hati, lho. Apalagi terucap dari orang-orang terdekat kita. Contoh simple nya sama suami, dia pasti jadi sosok yang terdekat karena 1x24 jam di rumah (karena akhir-akhir WFH) semakin paham gimana aku berusaha untuk menjadi istri yang menyenangkan di mata dia.

Baca Juga: Happy Aniv!

Kadang aku merasa sangat berharga sekali ya sosok aku di mata dia. Jadi aku ngga perlu ragu atau hilang semangat, karena support sistem yang selalu mendukung aku, apapun pilihan yang aku pilih asalkan positif selalu ada untuk aku.

Padahal, aku masih aja ya merasa bahwa setting wajahku ini tuh kayak cenderung galak, judes gitu. Ini udah testimoni kesekian banyak orang yang ketemu aku di awal-awal. Jadi inget pas masih kerja di Bandung, dan lagi makan di kantin, lalu pertama kali mba Sofi makan di kantin, itu katanya muka aku judeeeeees banget. Eh alhamdulillah kita malah jadi bestie haha.

Baca Juga: Konflik Rumah Tangga Usia Muda

Trus ayah mertuaku, ini agak kocak sih ya. Mungkin beliau kaget aja, pagi-pagi datang, dan aku lagi mau siap-siap untuk berangkat ke JCC, karena waktu itu ada pameran IMBEX di JCC Hall dan aku kerja dari Jumat-Minggu berangkat pagi pulang magrib. Kebayang yah, gimana aku harus memasang wajah yang menyenangkan kalau kaki dan sekujur tubuh rasanya remuk redam, dan ayah mertuaku posisinya datang pagi lagi jalan-jalan kaki pagi.

Katanya dia merasa dicemberutin, padahal ngga ada niat buat kayak gitu ya Allah, aku sampai minta maaf langsung, kan ngerasa ngga enak. Memang default kalo lagi diem tuh kayak gitu, ditambah pas lagi capek-capeknya. Masih ngerasa aja label sosok yang menyenangkan ini ya masih ada kurangnya.

Aku suka hal-hal yang terorganisir

Paling merasa sangat dibutuhkan dan merasa aku di level top 1 adalah saat suami minta tolong mencarikan sesuatu. Apalagi terkait dokumen-dokumen penting, seperti buku rekening, buku nikah, ijazah, surat-surat kebutuhan kantor. Pasti larinya ke aku haha. Aku bahkan bisa mengingat detail aku simpan di mana.

Disitulah aku merasa menjadi orang yang selalu menaruh barang pada tempatnya. Akhirnya ketika tingkah suami yang suka sembarangan naroh apa aja, aku nya jadi kesel gitu ya. Karena nanti kalo dicari lagi, jadi susah dan memakan banyak waktu. Tapi itu tidak selalu berjalan indah deeeeek, haha. Kadang adakalanya aku asal juga sih naroh, tapi sengasalnya aku, aku masih naroh di dalam laci atau aku taruh di tempat yang sering aku kunjungi.

Baca Juga: Curhatan Viral di Cermin Lelaki

Selain organisir, aku juga suka menyimpan kenangan dalam suatu bentuk yang bisa aku raba dan rasakan. Kemarin baru aja kejadia, ternyata mengumpulkan testpack yang hasilnya masih negatif ini, aku bikin dalam sebuah buku jurnal tentang perjalanan aku promil. Aku rekap semuanya untuk aku jadikan bahan bersyukur atas setiap titik demi titik rasa sabar yang aku dan suami lalui hingga saat ini.

Menjadikan aku melihat bahwa ternyata aku begitu berarti dan selalu menghargai setiap jerih payah yang kami lalui. Kumpulan testpack itu aku tempel satu persatu dan memang aku setiap testpack selalu diberikan bulan-bulannya. Jadi merasa flashback kalau buah dari kesabaran ini akan tiba di waktu yang tepat dan Allah tidak pernah salah dalam memberikan ujian kepada hamba-hamba Nya.

Kayaknya segitu dulu deh cerita aku untuk hari ini. Semoga ada sesuatu yang bisa teman-teman ambil, jika ada yang kurang berkenan aku memohon maaf dan boleh banget saling sharing di kolom komentar jika punya pengalaman yang serupa.